PERAN SISTEM INFORMASI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN
Banyak masyarakat mengeluh dengan pelayanan kesehatan yang diterimanya dari perawat. Untuk itu kinerja perawat perlu ditingkatkan sehingga kualitas pelayanan asuhan keperawatan bisa diberikan dengan baik. Salah satu ukuran berkualitas atau tidaknya suatu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat adalah tingkat kepuasan bagi masyarakat penerima jasa pelayanan itu sendiri (Maria, 2009).
Pelayanan keperawatan
di dalam lingkungan rumah sakit merupakan salah satu pelayanan di bidang
kesehatan yang mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan
pelayanan yang diberikan di rumah sakit. Dengan jumlah tenaga perawat yang
paling besar di lingkungan rumah sakit, keberadaan pelayanan keperawatan harus
mampu dimanej dengan baik untuk menghasilkan kualitas mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan. Peningkatan kualitas sistem informasi keperawatan
merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Tidak dipungkiri bahwa selama ini perkembangan sistem informasi keperawatan di
negeri ini belum berjalan dengan baik.
Penggunaan sistem
berbasis paper dibandingkan dengan sistem perekaman berbasis komputer meskipun
transisi dari manual ke dokumentasi elektronik telah berlangsung selama 15
tahun terakhir. Hal ini mencerminkan sangat lambat proses adaptasi komputer
dalam dokumentasi keperawatan, sehingga perlunya penyegaran dalam penerapan
sistem informasi keperawatan untuk kelengkapan dokumentasi keperawatan.
Jasa pelayanan
kesehatan sebagai bentuk industri pelayanan kesehatan akan menimbulkan
persaingan dalam memberikan jasa pelayanan perawatan di setiap pelayanan
kesehatan. Rumah sakitpun sebagai organisasi bergerak dibidang jasa pelayanan
kesehatan dituntut untuk menyiapkan diri menghadapi persaingan dari teknologi
yang dimilikinya. Sistem informasi berbasis internet dan teknologi sangat
penting bagi keberhasilan bisnis dan organisasi karena dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas proses bisnis, dan dapat memfasilitasi pengambilan
keputusan manajemen, sehingga dapat memperkuat posisi kompetitif dalam pasar
yang cepat sekali berubah termasuk pelayanan rumah sakit (O’Brien, 2005).
Kesehatan pada
masyarakat tidak terlepas dari peran petugas dalam hal ini tenaga perawat untuk
memberikan layanan secara optimal pada rumah sakit atau puskesmas. Menurut UU RI
NO 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, mendefinisikan Perawat adalah mereka yang
memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakkan keperawatan berdasarkan
ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
Perawat
adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakkan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui
pendidikan keperawatan. Tugas perawat bukan hanya semata-mata pada proses
layanan kepada masyarakat namun juga berkewajiban melakukan proses asuhan
keperawatan dengan standar NANDA, bukan hanya pada kegiatan layanan tetapi juga
dokumentasi ketika memberikan penanganan pasien di Puskesmas ataupun Rumah
Sakit. Tingginya layanan kepada pasien berdampak tidak sepenuhnya dokumentasi
dapat dilakukan oleh petugas perawat secara maksimal apalagi
dokumentasi/pencatatan tersebut dilakukan secara manual atau tulis tangan.
Kurangnya penguasaan standar NANDA oleh petugas perawat juga berdampak pada
tidak tepatnya dalam melakukan analisa hasil pengkajian pasien berdampak pada
kesalahan dalam melakukan rencana tindakan.
Standar
pengetahuan perawat yang harus dimiliki diantaranya ilmu biomedis, farmakologi,
hukum, manajemen dan yang lainnya,. Sehingga di lapangan perawat akhirnya harus
memiliki kemampuan melakukan analisa kebutuhan pasien dengan analisa keilmuan
yang tepat dan benar. Perawat melakukan interaksi di rumah sakit selama 24 jam,
sehingga tahu pada setiap perubahan respon pasien. Kebutuhan pengobatan yang
dilakukan oleh dokter akan memberikan respon terhadap pasien, sehingga perawat
melakukan fungsi advocacy pasien sehubungan dengan pengobatan yang
diberikan oleh dokter.
Sistem
informasi adalah sistem komputer yang mengumpulkan,
menyimpan, memproses, memperoleh kembali, menunjukkan, dan mengkomunikasikan informasi
yang dibutuhkan dalam praktik, pendidikan, administrasi dan penelitian
(Malliarou et al., 2007 dalam Malliarou & Zega, 2009). Banyak manfaat yang
didapatkan dalam penggunaan system informasi. Manfaat tersebut tidak hanya
mengurangi kesalahan dan meningkatkan kecepatan serta keakuratan dalam
perawatan, tetapi tetapi juga menurunkan biaya kesehatan dengan koordinasi dan
peningkatan kualitas pelayanan.
Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur,
perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola
secara terpadu yang menyediakan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan,
perencanaan program kesehatan, monitoring pelaksanaan dan evaluasi di setiap
jenjang administrasi kesehatan.
SIK
bertujuan untuk mengatasi terfragmentasinya data kesehatan, mengurangi
redudansi dan inkonsistensi, mempercepat proses pengolahan data, serta memperbaiki
mekanisme pelaporan, kelengkapan dan integrasi data pada tingkat administrasi
yang lebih tinggi.
Sistem informasi
keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi dan
ilmu keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen dan proses pengambilan
informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan asuhan
keperawatan (Callie, 2010).
Sedangkan
menurut ANA (Mcline, 2005) dalam Callie (2010) system informasi
keperawatan berkaitan dengan legalitas untuk memperoleh dan menggunakan
data, informasi dan pengetahuan tentang standar dokumentasi, komunikasi,
mendukung proses pengambilan keputusan, mengembangkan dan mendesiminasikan
pengetahuan baru, meningkatkan kualitas, efektifitas dan efisiensi asuhan
keperawaratan dan memberdayakan pasien untuk memilih asuhan kesehatan yang
diiinginkan. Kehandalan suatu sistem informasi pada suatu organisasi terletak pada
keterkaitan antar komponen yang ada sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan menjadi
suatu informasi yang berguna, akurat, terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu
organisasi.
System informasi
ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dalam mencapai
standar mutu pelayanan. Indikator klinik mutu pelayanan antara lain: pengukuran
angka pasien jatuh,angka decubitus, pneumonia nosokomial, infeksi nosokomial,
dan angka kejadian medical error (Lewis, 2003).
System informasi
berbasis computer ini akan mengidentifikasi berbagai macam kebutuhan
pasien, mulai dari dokumentasi asuhan keperawatan, dokumentasi pengobatan,
sampai perhitungan keuangan yang harus dibayar oleh pasien terhadap perawatan
yang telah diterima (Callie, 2010).
Di luar negeri
kasus hilangnya dokumentasi serta tidak tersedianya form pengisian tidak
lagi menjadi masalah. Hal ini karena pada rumah sakit yang sudah maju, seluruh
dokumentasi yang berkaitan dengan pasien termasuk dokumentasi asuhan
keperawatan telah dimasukkan dalam komputer. Sistem ini sering dikenal dengan Sistem
Informasi Manjemen.
Dokumentasi yang cukup
banyak mulai dari pencatatan data pasien, asuhan keperawatan, administrasi
keuangan, catatan medis, catatan data penunjang akan terasa ringan jika
dikomputerisasikan. Model komputerisasi yang digunakan saat ini sudah mulai
berkembang dengan kegiatan yang meminimalkan kerja perawat dalam mencatat
manual dan memaksimalkan upaya yang dilakukan untuk melakukan pelayanan
keperawatan anak dengan memperhatikan prinsip-prinsip perawatan anak. Modal
awal untuk memulai kegiatan mungkin cukup besar antara lain dengan persiapan
software computer dan program yang dikerjakan bersama teman-teman dari
teknologi informatika; pelatihan SDM perawat yang akan melakukan kegiatan,
pihak manajerial sebagai pemegang keputusan akan sangat menentukan keberhasilan
program. Namun untuk kebutuhan jangka panjang akan sangat murah yaitu dengan
kegiatan yang lebih banyak bisa dilakukan untuk pasien, waktu dan tenaga
perawat dapat lebih di hemat.
Upaya penerapan
model-model pendokumentasian terkomputerisasi tentu saja bisa dilakukan di
Indonesia tergantung dari pengetahuan perawat, kemampuan perawat setelah
mengetahui, dan kemauan perawat untuk sama-sama bekerja keras mensukseskan
program. Perawat-perawat anak yang terjerat di dalam rutinitas umumnya sulit
untuk diajak berkembang, dan keadaan ini harus diimbangi dengan upaya managerial
untuk mensupport terlaksananya program melalui program pelatihan, reward and
punishment, keterlibatan aktif manager, dan program evaluasi periodik.
Teknologi sistem informasi keperawatan yang digunakan hendaknya selalu
dievaluasi untuk merevisi yang kurang dan mengembangkan yang sudah ada sesuai
kebutuhan program dan pengguna (Larry,2003).
Manfaat
Sistem Informasi Keperawatan
Manfaat penerapan
sistem informasi keperawatan di lingkungan rumah sakit salah satunya adalah
membantu perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Asuhan
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien diberikan oleh perawat
diberbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan.
Perawat menggunakan
sistem informasi keperawatan dengan tujuan untuk mengkaji pasien secara jelas,
menyiapkan rencana keperawatan, mendokumentasikan asuhan keperawatan, dan untuk
mengontrol kualitas asuhan keperawatan. Perawat dapat memiliki pandangan
terhadap data secara terintegrasi (misalnya integrasi antara perawat dan dokter
dalam rencana perawatan pasien).
Dengan memanfaatkan
sistem informasi keperawatan tersebut perawat dapat menghemat waktu untuk
melakukan pencatatan dibandingkan bila dilakukan pencatatan secara manual. Di
samping itu, data yang tercatat dengan menggunakan sistem informasi keperawatan
akan lebih terjamin keberadaannya. Resiko data yang dicatat akan hilang sangat
kecil. Berbeda dengan pencatatan yang berdasarkan paper base, dimana
kemungkinan untuk hilangnya data sangat mungkin untuk terjadi. Selain itu
keberadaan sistem informasi keperawatan juga akan meningkatkan keefektifan dan
efisien kerja dari tenaga keperawatan (Cheryl, 2007).
Manfaat yang diperoleh
bila rumah sakit menggunakan sistem informasi keperawatan, yaitu:
1) Manajemen lebih
efisien,
2) Penggunaan sumber
biaya lebih efektif,
3) Meningkatkan program
perencanaan,
4) Meningkatkan
pendayagunaan perawat (Cornelia, 2007).
Manfaat sistem
informasi dalam keperawatan (Malliarou & zyga, 2009):
1) Lebih banyak waktu
dengan pasien dan lebih sedikit waktu di nurse station
2) Mengurangi
penggunaan kertas
3) Dokumentasi
keperawatan secara automatis
4) Standar yang sama
dalam perawatan (proses keperawatan)
5) Mengurangi biaya
6) Kualitas pelayanan
keperawatan dapat di ukur
Menurut American
Association of Nurse Executive (1993) dalam Saba & McCormick (2001)
mengemukakan manfaat penting dalam penggunaan informasi teknologi, yaitu:
1) Meningkatkan pemanfaatan
sumber daya staf perawat,
2) Meningkatkan
pelayanan dalam memonitoring pasien,
3) Meningkatkan
dokumentasi,
4) Meningkatkan
komunikasi,
5) Meningkatkan
perencanaan,
6) Meningkatkan standar
praktik keperawatan,
7) Kemampuan menetapkan
masalah,
8) Meningkatkan
evaluasi keperawatan, dan
9) Mendukung organisasi
yang dinamik.
Sebenarnya untuk
menerapkan sistem informasi keperawatan di lingkungan rumah sakit tidaklah
terlalu sulit untuk diterapkan, tinggal komitmen untuk menerapkannya saja yang
diperlukan. Dalam masa serba teknologi seperti saat ini, kiranya hampir semua
perawat dapat mengoperasikan komputer sebagai sebuah perangkat dalam penerapan
sistem informasi keperawatan. Ini merupakan sebuah modal yang sangat besar yang
sangat mendukung penerapan sistem informasi keperawatan. Tinggal masalahnya
sekarang adalah bagaimana komitmen kita bersama, mulai dari manajemen level
atas sampai dengan manajemen level paling bawah untuk memperjuangkan penerapan
sistem informasi keperawatan di setiap unit pelayanan keperawatan. Alasan
kurangnya ketersediaan dana untuk mengembangkan sistem informasi keperawatan
merupakan sebuah alasan klasik yang tidak boleh ada lagi. Apalagi melihat akan
pentingnya sistem informasi keperawatan bagi peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya (Cornelia, 2007).
Pendapat diatas
didukung juga oleh hasil penelitian Laurie (2008) yang mengatakan penerapan
sistem informasi manajemen terkomputerisasi atau ORMIS (of an or management
information system) memerlukan signifikan komitmen sumber daya manusia.
Kemampuan perawat dituntut untuk bisa menggunakan keahliannya secara efektif
untuk menggunakan teknologi dimana mengubah bentuk data informasi ke dalam
pengetahuan untuk praktek klinis, riset, dan pendidikan. Keinginan dalam
membuat sistem informasi di rumah sakit sangat diharapkan oleh tenaga
profesional untuk membantu pemecahan masalah yang ada.
Pelaksanaan sistem informasi
keperawatan di rumah sakit, yakni mengkombinasikan ilmu komputer, ilmu
informasi, dan ilmu keperawatan yang didesain untuk memudahkan manajemen dan
proses pengambilan data, informasi, dan pengetahuan untuk mendukung pelaksanaan
asuhan keperawatan (Davis, 2002). Sistem informasi keperawatan sedang
dikembangkan secara terus menerus dimasa depan ilmu keperawatan akan bersandar
pada kemampuan sistem informasi untuk memudahkan hasil diagnosa, manajemen,
riset, pendidikan, pertukaran informasi, dan kerja sama/kolaborasi.
Saba dan McCormick
(2001), mengatakan bahwa integrasi ilmu keperawatan, ilmu komputer dapat
digunakan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, memproses, mengatur data dan
informasi untuk menyokong praktek keperawatan, administrasi, pendidikan,
penelitian, dan pengembangan ilmu keperawatan. Kebutuhan akan sistem informasi
manajemen mendukung perawat dalam membantu pengambilan keputusan. Kemajuan
teknologi di rumah sakit memungkinkan perawat menggunakan sistem informasi
manajemen untuk mendukung dalam pemberian asuhan keperawatan, sehingga
tercapainya mutu asuhan keperawatan yang lebih baik.
Menurut Anita (2008) yang melakukan
penelitian difokuskan pada eksplorasi Computerized Provider Order Entry
(CPOE) dan dampaknya terhadap pekerjaan yang
dilakukan oleh perawat. Hasilnya CPOE adalah teknologi yang dirancang mengganti
paperbased proses order entry, komunikasi, dan koordinasi dengan metode
otomatis, salah satunya dalam implementasi kolaborasi untuk pemberian resep
obat di perawatan akut. CPOE terbukti dapat meningkatkan efisiensi komunikasi
dan mengurangi kesalahan transkripsi obat-obatan serta mengurangi waktu
perawatan pada pasien, sehingga angka kesakitan dan kematian pasien menurun.
Menurut Cheryl (2007)
penggunaan proses perbaikan yang berkelanjutan untuk memastikan program
pendidikan dokumentasi yang akurat untuk pengembangan pengetahuan dan
profesional staf keperawatan. Proses empat tahap sebagai berikut:
(1) mulai sebuah tim
dan identifikasi masalah;
(2) menganalisis proses
saat ini dan menentukan lingkup dan akar penyebab,
(3) meningkatkan
proses, mencari alternatif, merancang dan menerapkan solusi; dan
(4) mengukur dampak dan
mempertahankan hasilnya.
Sistem
Informasi dalam Asuhan Keperawatan
Hasil penelitian telah
membuktikan bahwa penggunaan sistem informasi keperawatan yang efektif dan
teknologi tepat guna akan dapat mengurangi kesalahan dalam memberikan
perencanaan keperawatan pada pasien. Penggunaan sistem informasi keperawatan
juga akan meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan.
Pada pengkajian
keperawatan, penerapan Standar Nursing Language (SNL) berbasis TI (Teknologi
Informasi) yang ada dalam sistem. Pada pengkajian data, perawat tinggal memilih
data yang tersedia. Setelah data dipilih secara lengkap, komputer akan secara
automatis menganalisa data yang telah dipilih perawat, dan memunculkan masalah
sesuai data yang dipilih. Komputer akan membantu melakukan analisis data yang
dimasukan oleh perawat saat melakukan pengkajian kepada pasien. Dengan menggunakan
sistem “pakar” maka perawat sedikit terkurangi bebannya dalam melakukan
analisis data untuk dijadikan diagnosa keperawatan. Masalah yang munculpun
menjadi semakin riil dan akurat, karena masalah yang dimunculkan oleh komputer
merupakan analisa baku.
Diagnosa Keperawatan
dihasilkan dari analisa yang dilakukan oleh komputer, berdasarkan data-data
yang dimasukan saat pengkajian perawatan. Komputer akan secara automatis
menganalisa data yang ada dan memunculkan masalah keperawatan. Perawat tinggal
memilih etiologi yang ada disesuaikan dengan kondisi pasien. Sehingga di
sinilah, peran perawat tidak bisa digantikan oleh komputer, karena judgment terakhir
tetap di tangan perawat. Apakah masalah yang dimunculkan oleh komputer diterima
atau tidak oleh perawat (Maria, 2009).
Tujuan Keperawatan
dalam sistem informasi keperawatan menggunakan Nursing Outcome Clasification
(NOC). Perawat tinggal memilih Label dari NOC yang telah tersedia pada
masing-masing diagnosa keperawatan yang ada, serta menentukan batas waktu (dalam
hari) masalah diperkirakan dapat terselesaikan.
Sedangkan intervensi
keperawatan dalam sistem informasi keperawatan menggunakan Nursing Intervention
Clasification (NIC) dan sama dengan membuat tujuan, perawat tinggal memilih
label NIC yang tersedia pada masing-masing diagnosa keperawatan (Maria, 2009).
Implementasi
keperawatan dalam sistem informasi keperawatan menggunakan label NIC dan
aktifitas dalam NIC. Perawat tinggal mengetikan aktifitas-aktifitas perawatan
yang telah dilakukan, menambahkan jam pelaksanaan dan menuliskan pelaksana dari
aktifitas tersebut. Yang istimewa dalam sistem ini adalah implementasi yang
diinputkan oleh perawat dalam dokumentasi asuhan keperawatan langsung
diintegrasikan dengan billing system rumah sakit, sehingga tidak ada double
entry dalam keuangan pasien. Masing masing tindakan perawat telah memiliki
harga sendiri sendiri yang telah disahkan oleh rumah sakit, dan perawat tinggal
mendokumentasikan dalam sistem informasi keperawatan (Laurie, 2008). Sedangkan
untuk evaluasi keperawatan menggunakan hasil penilaian subyek, observasi,
analisa, dan planning keperawatan.
Contoh
Aplikasi Asuhan Keperawatan
Aplikasi merupakan
aplikasi berbasis web dan untuk dapat mengakses aplikasi dibutuhkan browser (Mozilla
firefox atau Google Chrome). Dalam uji coba aplikasi ini aplikasi pada webserver
dengan mengetikkan pada browser : http://localhost/askeppneumonia. Pada halaman
browser akan muncul seperti pada gambar
Langkah awal dalam
pengelolaan data basis pengetahuan (Domain, Class, Tipe Class, Diagnosis,
Batasan Karakteristik dan Faktor Berhubungan). Dalam proses pengelolaan data
basis pengetahuan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
b. Pengkajian Pasien,
merupakan pencatatan batasan karakteristik dari pasien ketika perawat melakukan
suatu interview.
c. Menampilkan hasil
Diagnosis, merupakan langkah seorang perawat untuk menampilkan hasil diagnosa .
d. Menampilkan Rencana
Tindakan, merupakan langkah seorang perawat untuk menampilkan rencana tindakan.
e. Menampilkan Tujuan Tindakan, merupakan langkah seorang perawat untuk menampilkan rencana tindakan.
Penerapan sistem
informasi keperawatan terkomputerisasi terkait intervensi yang dilakukan di
beberapa RS di Indonesia diharapkan spesifik mulai dari Nursing Out Come (NOC)
yang baku klasifikasi dan jelas kriterianya; Nursing Intervention Clasification
(NIC) disusun secara baku pada setiap klasifikasinya dan disesuaikan juga
dengan klasifikasi tujuan (NOC). Perawat tinggal memilih label NIC yang
tersedia pada masing-masing diagnosa keperawatan yang sesuai dengan tujuan
penanganan masalah pasien. Implementasi keperawatan dalam sistem informasi
keperawatan menggunakan label NIC dan aktifitas dalam NIC. Perawat tinggal
mengetikan aktifitas-aktifitas perawatan yang telah dilakukan, menambahkan jam
pelaksanaan dan menuliskan pelaksana dari aktifitas tersebut.
Implementasi yang
diinputkan oleh perawat dalam dokumen asuhan keperawatan langsung
diintegrasikan dengan Billing System Rumah Sakit, sehingga tidak ada double
entry dalam keuangan pasien. Masing masing tindakan perawat telah memiliki
harga sendiri sendiri yang telah disahkan oleh rumah sakit, dan perawat tinggal
mendokumentasikan dalam SI Keperawatan. Artinya penulisan implementasinya juga
dibakukan sehingga perawat yang bertugas mengetik sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Evaluasi kriteria, skala, dan target. Setelah perawat menentukan
kriteria, skala dan target pada hari pertama, maka pada hari berikutnya tinggal
memilih skala yang sesuai dengan kondisi pasien, antara 1 – 5, disesuaikan
dengan kondisi pasien.
Pendokumentasian
sangat penting untuk dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan yang langsung maupun
tidak langsung berhubungan dengan pasien. Beberapa
alternative penyelesaian masalah yang berhubungan dengan dokumentasi yang
kurang efektif adalah dengan mengembangkan system informasi dan pendokumentasi
secara elektronik, sehingga memudahkan dan informasi terhadap mutlidisiplin
terutama dengan melakukan control terhadap pemberian obat terhadap pasien,
dimana perawata melakukan fungsi advocacy terhadap resiko medical error dengan
menuliskan rekomendasi dalam catatan pasien di computer.
Hasil yang
diharapkan dengan system informasi dapat meningkatkan mutu pelayanan di rumah
sakit, sehingga medical error dapat dihindari.
Daftar Pustaka
Hamzah. 2016. Rancang Bangun Sistem
Informasi Asuhan Keperawatan Bagi Penderita Pneumonia. Yogyakarta : Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1
Ningsih, Ratna. 2010. Penerapan
Sistem Informasi Keperawatan dalam Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan di Rumah
Sakit. Jakarta
Zubaidah. 2011. Peran Sistem Informasi Manajemen
Keperawatan Terhadap Patient Safety dalam
Keperawatan Anak. Jakarta
Lestari, Endah Sri, dkk. 2016. Evaluasi
Sistem Informasi Kesehatan di Provinsi Jawa Tengah Dalam Rangka Penguatan
Sistem Informasi Kesehatan Nasional.
Semarang: Jurnal
Manajemen Kesehatan Indonesia, Volume 4 No. 3
Indari.
2015. Pengaruh Aplikasi Sistem Informasi Manajemen (SIM) Asuhan Keperawatan
Anak Berbasis Teknologi Terhadap Pengetahuan Tentang Standar Operasional
Prosedur (SOP) Keperawatan di Ruang Anak Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. Malang: Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, Volume 3, Nomor 3
Solikhah, Umi. Kebutuhan Penerapan Teknologi
Informasi Keperawatan Di Ruang Rawat Anak. Jakarta
Herwina, Erin Rika. Rekomendasi
Keperawatan Bagian Sistem Informasi Antisipasi Medical Error Sebagai Upaya Patient Safety. Jakarta
Hard Rock Casino Hotel, Fort Lauderdale
BalasHapusFind out what's popular at Hard Rock Casino Hotel 화성 출장마사지 in 군산 출장안마 Fort 순천 출장샵 Lauderdale, FL. Hotel information, reviews and more. Rating: 7/10 강원도 출장안마 · 2,811 votes · Price range: $$ 목포 출장샵
original site cheapjerseyssource,ykcheapjerseys,cheapjerseysshopchinas,cheapjerseys27,cheapjerseys35,cheapjerseyseller,seekjerseyss,nfljerseysshow,cheapjerseysfine
BalasHapus